Kewajiban Wanita Karier Sebagai Ibu Rumah Tangga (1)
Kewajiban sebagai istri pada suami dalam Al Qurán disebutkan hanya dua, yaitu Taat pada Allah dan suami dan Menjaga diri dan keluarganya jika suaminya pergi. Dalam Surat An Nisa ayat 34 dijelaskan,“Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.“
Kewajiban yang pertama adalah taat kepada Allah dan suami. Pekerjaan rumah tangga (memasak, mencuci, membersihkan rumah bahkan sampai menyusui anak) itu tidak wajib bagi istri karena bias diwakilkan atau diserahkan pada orang lain, kecuali kalau suaminya memerintahkan dia, maka menjadi wajib. Dalam arti kalau dilaksanakan mendapat pahala sama dengan ibadah yang lain dan sebaliknya.
Dalam hal ini pun jika istri merasa tidak mampu melakukannya, sedangkan suami mampu memberi ongkos pembantu, maka pilihan ini yang harus dilakukan, berdasarkan Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 223,“Istri-istrimu adalah (seperti) ladang atau tempat bercocok tanam bagimu.”
Tumbuh subur atau tidaknya tanaman tergantung pada ladangnya suburkah atau tandus. Untuk itu maka seorang ibu sangat perlu berilmu, berakhlak mulia, berpengetahuan Agama Islam yang luas serta mengamalkannya.
Dalam hal mendidik anak, ibu harus memperhatikan langkah-langkah di bawah ini agar berhasil dengan baik:
1. Memberi peringatan atau ilmu pengetahuan tentang apa saja yang ditanam (didikan) ibu pada anak, misalnya sholat, apa sholat itu, caranya bagaimana, untuk apa dan lain-lain.
2. Memberi teladan sebab anak suka meniru apa yang dilihatnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda صَلُّوْا كَمَا رَاَيْتُمُوْ نِى أُصَلِّى “Sholatlah sebagaimana kamu sekalian melihat aku shalat.”
3. Anjuran, perintah dan latihan-latihan
Dengan anjuran dan perintah, anak bisa mendengar dan mengerti hal-hal yang harus dilaksanakan, sedangkan latihan-latihan menjadikan mereka mengalami sendiri dan dapat melaksanakan dengan baik hal-hal yang dianjurkan dan diperintahkannya. Nabi bersabda :
مُرُوْااَوْلاَدَكُمْ باِالصَّلاَةِ وَهُمْ اَبْناَءُ سَبْعَ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْهُمْ عَنْهَا حِيْنَ عِشْرِ سِنِيْنَ وَفَرَّقُوْا بَيْنَهُمْ فِىاْلمَضَاجِعِ
“Serulah anak-anakmu mengerjakan sholat ketika mereka berumur 7 tahun dan pukullah mereka jika meninggalkan sholat ketika merka berumur 10 tahun dan pisahkan tempat tidur diantara mereka.” (HR. Abu Dawud)
4. Hadiah dan sejenisnya
Hadiah ini tidak selalu berupa barang, bisa berupa pujian, dengan acungan jempol, senyuman dan lain-lain. Hal ini dapat memenuhi dorongan perkenan, menggem- birakan anak, menambah percaya diri dan membantu anak dalam mengenal nilai-nilai.
5. Kompetisi dan Kooperasi
Kompetisi dalam proses pendidikan ini dalam arti yang sehat, misalnya lomba (biasanya di luar rumah), berlomba-lomba banyak membaca Al Qur’an dan lain-lain. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 148,“Berlomba-lombalah kamu sekalian dalam kebaikan.”
Mengenai kooperasi yang dimaksud adalah kerja sama dalam melaksanakan kewajiban dalam keluarga, misalnya sholat jama’ah, belajar membaca Al Qur’an bersama lain-lain. Manfaatnya dapat menumbuhkan rasa simpati dan penghargaan pada pihak lain dan menambah rasa percaya diri.
Kewajiban Wanita Karier Sebagai Ibu Rumah Tangga (2)
6. Koreksi dan Pengawasan
Hal ini merupakan tindakan preventif (pencegahan) sebelum ada pelanggaran. Karena anak/manusia punya kecenderungan berbuat baik dan sekaligus berbuat jelek/melanggar. Allah SWT berfirman dalam surat As Syams ayat 7-8, “Dan jiwa penyempurnaanya, maka Allah mengilhamkan pada jiwa (jalan) kerusakan dan ketaqwaan.”
Ketika jiwa anak mulai menjurus pada keburukan, maka dengan koreksi dan pengawasan ini ibu segera dapat meluruskannya.
7. Larangan
Dengan larangan ini supaya anak mengetahui dengan jelas hal-hal yang harus ditinggalkan dan dijauhi. Hal ini agar disampaikan pada anak dengan bijaksana, sehingga jiwa anak tidak tertekan.
8. Hukuman dan sejenisanya
Hukuman ini merupakan tindakan terakhir yang boleh dilakukan ibu setelah ditempuh langkah-langkah 1-7 masih belum berhasil juga. Tujuan adalah untuk mendisiplinkan dan menginsyafkan. Tidak selamanya menyakitkan badan tetapi bisa berbentuk apa saja yang menimbulkan rasa tidak enak pada anak.
9. Doa orang tua (ibu)
Doa ibu punya peran yang besar terhadap keberhasilan anak. Karena berhasil atau gagalnya usaha anak/manusia adalah ditentukan oleh Allah SWT. Sementara di pihak lain ibu berdo’a kepada Allah SWT agar anaknya sukses, baik, bahagia dan lain-lain.
Doa orang tua antara lain sebagaimana tertulis dalam Al Qurán surat Al Furqan ayat 74, “Ya Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami) dan jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”(Doa ibu seperti ijazah dari KH. Mahruz Ali Lirboyo dalam buku Doa Majmu Syarif halaman paling akhir adalah bacaan surat Al Fatihah 42 kali dalam waktu 41 hari.)
Ibu yang bekerja, agar memanfaatkan waktu bertemu anak di rumah sebaik-baiknya untuk melaksanakan pendidikan pada anak, dengan unsur-unsur tersebut di atas, bahkan dianggap perlu ibu menyampaikan pesan-pesan atau pengawasan melalui telepon ketika sedang bekerja.
Perlu diingat bahwa mendidik dengan kelembutan, kasih sayang, bijaksana, sabar, ujian lebih besar berhasil dari pada dengan kekerasan, omelan, dan lain-lain. Jika ibu telah mendidik anak dengan cara-cara tersebut di atas sejak kecil, maka akan tumbuh menjadi anak yang taat kepada Allah SWT, berbakti pada orang tua, berakhlakul karimah dan bahagia dunia akhirantya yang merupakan tujuan hidup setiap manusia.
Official resmi Pesantren Darul Musthofa Assayaniyah
Follow instagram : @darul_musthofa_assayaniyah
Follow telegram : http://t.me/Darulmusthofaassayaniyah
#akhlak #budipekerti #motivasi #inspirasi #spiritual #qolbu #hati #heart #cinta #love #jiwa #ruhani #psikologi #pikiran #mind #inspiration #motivation #soul #batin #seni #katamutiara #quotation #hijrah #ihsan #majelis #pesantren
Sharing Is Caring