Sharing Is Caring

Rabu, 10 Juni 2020

ULASAN FILM ZIARAH

Judul Film: Ziarah
Sutradara: B.W. Purba Negara
Produser: B.W. Purba Negara
Pemeran: Ponco Sutiyem, Rukman Rosadi, Vera Prifatamasari, Ledjar Subroto, Fajar Suharno, E. Suhardjendro, Supriyanto, Brilliana Desy D., Natasya Putri Sastrosoemarto, Harso Diyono

Film ini mengisahkan tentang seorang nenek yang sudah “sepuh”. Namanya Mbah Sri, beliau berusia sembilan puluh lima tahun. Mbah Sri dirawat oleh cucu laki-lakinya, Prapto. Sewaktu mudanya, Sang Suami, Pawiro Sahid meninggalkan Mbah Sri untuk berjuang melawan penjajah Belanda dalam Agresi Militer ke-2 Tahun 1948. Pesan dari suaminya waktu itu, jika selamat ia akan kembali pulang, apabila tidak selamat agar direlakan.

Dari judulnya saja sudah dapat kita terka, film ini menunjukkan bagaimana memaknai sebuah perjalanan hidup yang pada akhirnya manusia harus menghadapi kematian. Film ini mengajak kita untuk mengunjungi kembali kenangan dan duka yang tertimbun tentang perjalanan mencari kebenaran lewat ingatan.

Setelah perang berakhir, Mbah Sri tidak pernah mendapat kabar berita tentang suaminya. Dalam hati Mbah Sri selalu bertanya, apakah suaminya sudah meninggal ataukah masih hidup? Apabila masih hidup di manakah kuburannya? Ternyata suaminya tidak pernah kembali. Mbah Sri menganggap suaminya telah gugur dalam perang. Ingatan tentang suaminya terus mengalir hingga di usia senjanya.

Mbah Sri ingin ziarah ke makam suaminya. Tetapi beliau tidak tahu kuburan itu ada dimana. Mbah Sri meminta kepada cucu laki-laki satu-satunya untuk mencari kuburan suaminya. Selagi masih hidup, keinginan harus diperjuangkan. Tanpa kenal lelah Mbah Sri terus berupaya untuk mencari kuburan suaminya. Langkah demi langkah pencarian telah dilakukan hingga ia dibingungkan dengan beberapa informasi.

Dialog dalam film ini menggunakan percakapan bahasa Jawa, sehingga harus fokus dengan membaca teks apabila kita tidak paham bahasa Jawa. Adegan dalam film ini juga mempunyai tempo yang lambat sehingga setiap adegan terlihat berlangsung dengan utuh.

Ada yang mengatakan bahwa Pawiro adalah sosok pahlawan karena berani mengorbankan diri menjadi umpan agar pasukan Belanda keluar dari sarangnya. Sementara itu, ada yang mengatakan, ia meninggal diserang oleh pasukan Indonesia karena dikira mata-mata Belanda saat menaiki kendaraan jeep milik Belanda. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa Pawiro menjadi anggota militer rezim Orde Baru yang melakukan penggusuran untuk pembangunan Waduk Kedung Ombo.

Iringan musik khas di dalam film, membuat suasana yang yang terasa berbeda. Saat menonton film ini rasanya seperti ketika kita ingin tahu sesuatu, tetapi di dalam hati kita sebenarnya takut akan kebenarannya.

Informasi yang didapat dari masyarakat telah membawa Mbah Sri tiba di Waduk Kedung Ombo, yang dahulu merupakan Desa Kweni. Kemudian Mbah Sri menaburkan bunga di tengah waduk dimana Sang Suami konon katanya dikuburkan di kuburan yang dahulu bernama Alas Pucung.  Cucunya yang telah mencari Mbah Sri selama 4 hari, akhirnya bisa bertemu , merekapun pulang. Cucunya menerima wasiat dari orangtua untuk menjaga nenek, dan dia juga ingin segera menikah. Oleh karena itu, dia membutuhkan restu Mbah Sri.

Semua hal dalam film ini terasa benar. Misteri sosok suami Mbah Sri begitu menarik. Karakter pemain mengalir apa adanya. Kejadian demi kejadian terasa begitu nyata.

Setelah pulang ke rumah, Mbah Sri mendapatkan informasi bahwa suaminya ternyata mempunyai dua keris. Keris itulah yang membuatnya bisa kebal dari serangan senjata api Belanda. Keris yang satunya dipegang oleh Mbah Sri. Secara mistis keris tersebut memberi petunjuk arah. Mbah Sri kembali melanjutkan pencarian seorang diri berbekal tas yang usang. Ia mendapatkan informasi dari perempuan tunanetra. Tetapi, Abdi yang merupakan teman Pawiro malah berusaha menyesatkannya dengan mengarahkan kepada kuburan lain.

Ziarah mempunyai struktur cerita yang susah ditebak. Kita tidak langsung mengetahui motivasi tokoh utama, tetapi kita melihat motivasi dari karakter lain. Film ini tidak serta mudah dicerna, ceritanya sederhana, tetapi beberapa adegan perspektif karakter lain membuat terasa padat.

Film ini sangat menyentuh persoalan untuk berdamai dengan masa lalu, dengan kenangan tentang seseorang. Plot cerita yang awalnya terasa datar dengan iringan musik menyayat berubah menjadi tegang. Selain itu, terdapat elemen mistis di tengah cerita yang membuat semakin penasaran. Film ini mengajarkan banyak hal, antara lain: perjuangan hidup di masa penjajahan Belanda, rasa nasionalisme untuk merdeka, serta kuatnya cinta dan bukti kesetiaan istri pada suami. Mengulik masa lalu mengingatkan kita untuk selalu belajar dan hidup lebih baik setelahnya.