Sharing Is Caring

Jumat, 09 Agustus 2019

Pengalaman Melahirkan Anak Pertama

Melahirkan adalah hal yang telah dinanti-nanti oleh para ibu yang sudah hamil tua. Melahirkan bisa tepat, maju, atau mundur dengan Hari Perkiraan Lahir. Kebetulan HPL ku bertepatan dengan jadwal wisuda, sehingga aku harus mengajukan surat pernyataan untuk mengikuti wisuda periode selanjutnya. HPLku ada 2 yaitu menuurt tanggal terakhir menstruasi 30 Juni 2017 dan tanggal menurut USG 15 Juli 2017. Hari raya Idul Fitri telah berlalu. Detik-detik menjelang proses persalinan membuatku merasa deg-degan. Apalagi suami yang kerjanya shif-shifan maka membuat aku harus stand by call suami kalau pas jadwal masuk kerja. Seperti lebaran sebelumnya biasanya ada tradisi sowan-sowan ke tempat simbah kyai. Aku pun tetap ikut walau sudah hampir H-7 menuju HPL. Jadwal sowan ke Magelang aku tidak bisa ikut karena pasti membutuhkan waktu sampai malam. Kebetulan tanggal 2 Juli 2017 aku juga harus menyelesaikan deadline "Omah Ketik Jogja"ku yang harus segera kukirim agar segera di transfer. Seharian duduk di laptop membuatku pegal, sementara suami sedang sowan-sowan ke Magelang padahal malamnya harus masuk kerja. Akhirnya aku bisa menyelesaikan ketikanku pada sore hari. Aku pun segera berbaring untuk istirahat.


Saat ba'da maghrib tiba temanku yang tinggal di perumahan sebelah datang bersilaturahim atau yang lebih dikenal dengan istilah "ujung". Kami pun bercerita dan seperti biasanya pasti menanyaiku kapan HPLnya?". Temanku juga berceloteh pasti besok udah lahiran. Tak terasa adzan Isya sudah berkumandang dan temanku pun pamit pulang. Aku masih menunggu suami pulang dari sowan-sowan.

Sekitar pukul 21:00 WIB suami baru sampai rumah. Dia segera bergegas ganti baju dan menyiapkan perlengkapan untuk ke kantor. Suami juga mewanti-wanti kalau sudah ada gejala melahirkan segera telfon. Aku pun mengiyakan.

Malam itu perutku terasa mulas. Aku mulai berpikiran apakah ini tanda-tanda aku akan melahirkan. Lalu kubuka lagi buku KIA ku. Ternyata kalau mulas sudah tertus itulah gejala melahirkan.  Malam itu aku tidak bisa tidur. Mulas ku semakin sering aku ingin segera menelfon suami tapi aku menunggu sampai pagi hari.

Sehabis sholat subuh aku merasakan ingin buang air kecil, aku terkejut ternyata yang keluar lendir berwarna merah. Aku langsung lemas dan kembali ke tempat tidur. Mulas semakin kuat sehingga aku menghubungi suami agar segera pulang. Kulihat jam 05:00 WIB tetapi suami belum juga sampai ke rumah.Ternyata jam 06:00 WIB suamiku baru sampai ke rumah.

Aku langsung berecerita kepada suamiku keadaan yang kualami. Kami pun segera pergi ke bidan untuk memeriksakan. Bidan Appi Amelia tidak jauh dari rumah. Lokasinya di Bibis, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Sampai  disana suasana masih sepi.

Bidan jaga sudah memanggil namaku untuk masuk ke ruang periksa. Aku dan suami sangat deg-degan. Ternyata untuk mengecek pembukaan bidan memasukkan telapak tangan ke dalam untuk mengukur sudah sampai pembukaan berapa. Setelah diperiksa ternyata sudah pembukaan 1,5. Bidanpun menyarankan agar aku menunggu disitu sampai jam 12:00 WIB. Apabila lebih dari jam itu tidak ada peningkatan pembukaan maka aku diperbolehkan pulang. Bidan juga menyarankan aku agar memakan buah nanas yang manis. Suami mengabari ibu dan bapak mertua untuk membawakan tas persalinan yang sudah hampir 1 bulan aku siapkan sebelumnya.

Di kamar inap aku berbaring karena rasanya perutku semakin tidak karuan. Miring kiri sangat dianjurkan oleh bidan. Ternyata belum ada 5 menit aku berbaring perutku sudah terasa mulas sekali. Akupun beranjak dari tempat tidur lalu jalan-jalan di sekitar kamar.

Beberapa menit kemudian ibu mertua datang bersama sepupuku Ilham. Aku menyuruh suamiku untuk pulang ke rumah, karena belum mandi dan sarapan.

Ibu mertuaku pergi membelikan nanas matang, sehingga aku berdua bersama Ilham. Di dalam kamar aku mondar-mandir untuk melupakan rasa mulasku. Ilham sedari tadi juga mengikutiku berjalan-jalan. Bocah umur  4 tahun ini tidak tahu apa yang sebenarnya yang aku lakukan. Sedari tadi sangat lucu menggemaskan tingkahnya.

Sekitar jam 09:00 bidan memeriksa kembali, ternyata pembukaan sudah bertambah menjadi 3. Suamiku juga sudah kembali dari rumah. Kulihat wajah lelahnya disembunyikan dengan memberikan senyuman penyemangat. Ibu mertua juga sudah kembali dengan membawa nanas matang. Aku memakan nanas yang telah dibelikan. Bidan menyuruhku untuk memakan nanas agar mempercepat pembukaan. Aku juga merasa lapar karena dari pagi tadi belum sarapan. Aku makan bekal yang dibawakan ibu tetapi hanya habis beberapa sendok saja. Perutku terasa mulas lagi, sehingga aku berjalan-jalan.

Sekitar jam 12:00 bidan kembali memeriksaku, ternyata sudah pembukaan 5. Bidan menyutuhku untuk makan nanas lagi. Akupun menghabiskannya. Makan siang sudah disediakan disini. Aku makan nasinya tapi ternyata rasanya agak gimana gituu. Mungkin belum terlalau tanak memasak nasinya sehingga nasinya agak sedikit keras. Suami sholat dhuhur ke rumah sekalian makan siang. Mbak Sut dan Ilham menemaniku di kamar. Ilham disuapi makan siang yang dibawanya. Berhubung aku tidak habis makannya, Ilham meminta lauk yang ada di piringku.

Hampir 3 jam perut ku rasanya mulas sekali. Bidan memberitahuku kalau memang sudah tidak tahan lagi maka nanti langsung masuk ke ruang persalinan saja. Sekitar jam 15:00 aku memutuskan untuk masuk ke ruang persalinan. Bidan jaga memeriksa lagi, ternyata sudah pembukaan 8. Bidan jaga segera memanggil Bu Appi, beliau pemilik sekaligus bidan disini. Bu Appi menenangkanku kalau sudah pembukaan 10 baru boleh mengejan (ngeden). Aku mengiyakan saja

Rasanya sumuk sekali, keringat bercucuran, dan yang pasti deg-degan. Aku sudah tidak kuat lagi sehingga sesekali aku mengejan. Bu Appi menyuruhku untuk menahannya. Sekitar Jam 15:30 sudah pembukaan 9. Aku bernego kepada Bu Appi untuk mengejan dan Bu Appi mengijinkan. Sekitar 15:45 sudah genap pembukaan 10. Bu Appi dan Bidan jaga memberi ku semangat dan dorongan. Suamiku yang sedari tadi disampingku mulai tampak gugup. Mbak Sut juga mulai meninggalkan ruang karena tidak tega melihatku. Aku telah disuapi makan siang tadi karena sekarang aku rasanya lemas sekali.

Tarif nafas dalam-dalam mbak?", perintah Bu Appi. Mereka memberi aba-aba agar aku menarik nafas dan mengejan. Tetapi belum ada tanda-tanda akan keluar. Sekitar jam 16:00 Bu Appi ijin meninggalkan ruang untuk sholat ashar. Bidan jaga menyuruhku untuk istirahat dulu. Aku sangat lemas sekali rasanya. Suami memberikanku Pocari Sweat untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.

Melihatku yang sangat lepas, akhirnya Bu Appi datang dan memasang infus untuk memberikan energi. Aku merasa kontraksi dan mulas tak tertahankan lagi, aku mulai menarik nafas dan mengejan lagi. Tanganku berpegang erat pada tempat tidur dan suamiku. Suami terus memberikan semangat.

"Udah kelihatan kepalanya mbak, ayo jangan berhenti", teriak Bu Appi. Mendengar itu rasanya energiku terasa penuh walaupun sepertinya tidak kuat. Suamiku juga sudah melihat rambut si kecil, rasanya terharu. Aku terus mengejan tetapi rasanya seperti tidak kuat lagi sehingga aku berhenti sebentar. Suamiku terus memberikan semangat lalu aku mengejan lagi. Akhirnya sekitar jam 16:30 aku berhasil melahirkan.

"Selamat ya", Bu Appi mengucapkan kepada kita. Aku sudah merasa lega karena sudah berhasil melewati perjuangan hidup dan mati. Alhamdulillah telah lahir putri pertama kita jam 16:15. Kami memberikan nama Hani Fauza Muhajid yang artinya wanita yang lemah lembut ahli tahajud bahagia di dunia dan akhirat. Aamiin. Tanggal 3 Juli 2017 menjadi hari bersejarah karena kita resmi menjadi seorang ibu dan ayah.

Saat melahirkan yang kurasakan adalah sakit karena mulas dan kontraksi. Tapi lebih dominan rasa mulas sih.